Rabu, 02 November 2011

VIRUS UKHUWAH

Pertemanan dan persahabatan tentu suatu keniscayaan bagi kita, makhluk sosial. Demi keberlangsungan hubungan ini, perlu nilai-nilai moral –yang pada dasarnya ada dalam Islam- agar tercipta keharmonisan. Pada kaidah falsafah, harmoni lahir karena perbedaan. Tentu, perbedaan yang saling menghormati dan saling menjaga. Alunan orchestra yang terdiri dari berbagai macam alat musik dengan nada yang berbeda, bisa menghasilkan karya yang luar biasa karena mereka sepakat dalam nilai dan aturan yang menaungi mereka. kapan biola harus ‘menampilkan dirinya’, violin tidak sombong dan memberikan persembahan terbaiknya saat waktunya tiba. Begitu juga dengan alat musik lainnya. Maka, kita dalam pertemanan (dan persahabatan) juga harus begitu


Pernahkah kita berpikir mengapa hubungan kita dengan sahabat terasa renggang bahkan menjauh? Atau teman yang tiba-tiba menjauhi kita? Atau, mengapa kita merasa tidak nyaman ketika berteman dengan dia? Mungkin ada virus yang menjangkiti. Virus ukhuwah. Apa itu ukhuwah? Walaupun dari namanya sudah tampak bahwa ini dalam kajian Islam, namun sifatnya universal dan berkenaan dengan semua orang, tidak hanya muslim.

Ukhuwah adalah persaudaraan. Persaudaraan dengan teman dan sahabat kita. Pernahkah merasakan ukhuwah? Mungkin kita sudah pernah merasakannya. Atau mungkin belum pernah? Bagaimana rasanya ukhuwah? Sangat indah, begitu manis. Ukhuwah akan kita rasakan ketika pertemanan, persahabatan yang kita bina, bukan karena ada kepentingan tertentu. Akan terasa saat kita menyayangi teman/sahabat dengan tulus.

Pada ukhuwah, tidak ada kedengkian, kebencian, kesombongan. Pada ukhuwah, hanya ada tawa. Hari-hari dihiasi dengan saling memberi. Memberikan yang terbaik untuk saudara, mengingatkannya dengan bijak ketika ia salah, mendukungnya ketika ia memang benar, menjadi pendengar yang baik ketika dibutuhkan, menjadi motivator ketika dibutuhi. Pun ketika saudara ada salah, saudara lainnya mengingatkan dengan baik dan memberikan masukan yang membuat saudaranya menjadi lebih baik. Saat kita bahagia dan mendapatkan yang kita inginkan, ia bersama kita. Saat kita sedih, terpuruk, ia juga membersamai kita. Ia mengerti bagaimana kita. Ia pun akan langsung bertanya jika suatu pagi senyum kita tidak selebar biasanya. Ia menanyakan bagaimana keadaan kita, keluarga kita. Ketika bersamanya, kita bahagia. Ia saudara yang luar biasa memberi energi positif pada kita. Bahkan ketika ia tidak ada di dekat kita pun, kita sedih namun tetap bisa menjalani hari-hari seperti biasa karena hati kita terpaut sayang. Walau kita sangat sayang padanya, kita bisa berdiri sendiri tanpanya.

Pernahkah kita diperlakukan seperti itu oleh teman kita? Bersyukurlah kita karena ada yang menyayangi kita. Atau, kita belum pernah merasakannya? Jawabannya, mungkin kita belum menjadi teman yang baik bagi teman kita.
Berikut ini adalah virus ukhuwah oleh Abu 'Ashim Hisyam bin Abdul Qadir Uqdah dalam bukunya Virus-Virus Ukhuwah :

Tamak akan kenikmatan dunia
Eratnya pertemanan bisa hancur karena ketamakan. Hubungan pertemanan pun jika didasari atas ketamakan karena ingin merasakan atau bahkan memiliki yang dipunyai teman, tidak akan bertahan lama. Keakraban kita dengan teman atau sabahat, jika didasari karena kepentingan pribadi saja, maka perpecahan yang akan mengakhirinya.

Lalai menjalankan ibadah dan melanggar tuntunan agama
Rasulullah SAW bersabda: tidaklah dua orang yang saling berkasih sayang karena Allah berpisah, kecuali disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya (HR. Muslim). Kualitas ibadah yang baik menghasilkan pribadi yang baik pula. Pribadi yang baik tentu disukai dan mudah bersahabat dengan siapapun.

Tidak santun dalam berbicara
•Berbicara dengan nada suara tinggi atau berbicara dengan kata-kata kasar
•Tidak mendengar sarannya, enggan menatapnya ketika berbicara atau memberi salam, dan tidak menghargai keberadaannya.
•Bergurau secara berlebihan
•ering mendebat dan membantah
•Kritikan keras yang melukai perasaan

Sikap acuh

Mengadakan pembicaraan rahasia
Rasulullah SAW bersabda: jika kamu bertiga, maka janganlah dua di antara kamu mengadakan pembicaraan rahasia tanpa melibatkan yang lain, karena perbuatan itu dapat membuatnya sedih (HR. Bukhari).

Keras kepala, enggan menerima nasihat dan saran

Sering membantah, berbeda sikap dan hobi, bersikap sombong dan kasar

Memberi teguran di depan orang lain

Sering menegur, tidak toleran, cenderung negative thinking, enggan memaafkan

Mudah percaya hasutan orang yang mengadu domba dan memendam dengki

Membuka rahasia

Mengikuti prasangka
Rasulullah SAW bersabda : hindarilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta (HR. Bukhari). Kalau kita berprasangka baik pada teman, tidak masalah. Kalau kita berprasangka buruk (apalagi terus-terusan), kita hanya akan menzolimi (menganiaya) diri sendiri karena kita disibukkan dengan memikirkan hal buruk, akal dan hati akan letih dengan itu semua. Coba kita rasakan, tidakkah kita letih dengan terus mengiyakan prasangka buruk kita pada teman?

Mencampuri masalah pribadi

Egois, arogan, tidak berempati dengan penderitaan teman (saudara), dan tidak memperhatikan masalah serta keperluannya.

Menutup diri, berlebihan, membebani, dan menghitung kebaikannya pada kita

Enggan mengungkapkan perasaan cinta, menunjukkan indikasi atau hal-hal yang dapat menyuburkannya, dan enggan membela sahabat ketik disebut aibnya.
“seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzolimi dan menyerahkannya” (HR. Bukhari).

Melupakannya karena sibuk mengurusi orang lain dan kurang setia

Suka menonjolkan kelebihan pribadi, mencari muka di depan mad’u (teman), dan ingin menguasainya dengan cara menunggangi sahabat

Mengingkari janji dan kesepakatan tanpa alasan yang kuat

Selalu menceritakan perkara yang bisa membangkitkan kesedihannya dan suka menyampaikan berita yang membuatnya resah

Terlalu cinta

Al-kindi berkata : sahabat adalah manusia, dia adalah kamu, hanya saja dia adalah orang lain.
Lantunan syair para penyair:
Mereka berkata sahabat
Adalah orang yang tulus cintanya
Dan tidak menipu
Yang lain berkata
Ia adalah orang yang tidak menuduh
Dengan mengatakan ‘kamu’ atau ‘saya’
...........

Sumber: Buku Virus-virus Ukhuwah, Abu 'Ashim Hisyam bin Abdul Qadir Uqdah

Tidak ada komentar: