Penulis: Mushthafa Masyhur
Kaum muslimin
tidak boleh lemah, takluk, tunduk, dan tidak berdaya dalam menghadapi kenyataan
berupa keterjatuhan dan kekuatan musuh. “Dan perangilah
mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata bagi Allah.”
(Qs. Al-Anfal: 39).
Berjuang membela
agama Allah, Islam, adalah kewajiban setiap muslim. Kaum muslimin juga wajib
membela dan melindungi bumi Islam dan kehormatan kaum muslimin, seperti mesjid
al-Aqsha. Kaum muslimin juga harus memperluas dakwah Islamiyah di seluruh
dunia. Semua ini adalah jalan agar tidak ada pemerintahan yang zalim dan agar
Islam tetap ada di hati setiap muslim.
Perkembangan dan karakter dakwah saat ini mewajibkan setiap muslim bergerak dan
berusaha mewujudkan tuntunan Islam. Usaha untuk mewujudkan tuntunan Islam di
seluruh negeri adalah sebuah perjuangan besar dan harus dilakukan secara
berjamaah. Amal jama’i akan menggerakkan sebuah Jama’ah Islam yang tersusun
rapi dan kuat. Tujuan ini hanya akan berhasil jika berjamaah. Kaidah ushul fiqh
menyatakan, “sesuatu yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengannya, maka
ia adalah wajib.”. Maka, setiap muslim wajib berjamaah dalam mewujudkan
tegaknya Daulah Islamiyah.
“dan
berpeganglah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai-berai”. (Qs. Ali Imran:103).
Jama’ah Harus
Memiliki Manhaj, Pimpinan, dan Anggota
Setiap jamaah harus memiliki manhaj dalam mencapai
tujuan. Jemaah tidak bisa bergerak tanpa pimpinan yang mengatur seluruh
pergerakan, menentukan tujuan dan sarana, mengawasi dan mengontrol pelaksanaan
program, dan beberapa hal kepemimpinan lain.
1.
Pimpinan
Pemimpin ibarat kepala bagi tubuh.
Pemimpin menentukan seluruh tujuan, berkumpulnya semua informasi, memikirkan
dan mengkaji setiap masalah yang dihadapi. Maka, pemimpin harus memiliki
kekuatan, kesadaran, dan kemampuan yang prima. Ini menentukan kekuatan gerakan,
aktivitas, produktivitas, dan keselamatan perjalanan jama’ah. Pemimpin juga
sebagai lambang kekuatan, persatuan, keutuhan, dan kedisiplinan staf. Jadi,
kedudukan pemimpin dalam jamaah adalah sangat penting dan utama.
Ada berbagai konsep kepemimpinan,
seperti fardiyyah dan jama’iyyah. Pada sebuah organisasi, ada top leader,
dibantu Dewan Pimpinan dan majlis syuro yang beranggotakan orang-orang khusus.
Rasulullah SAW memperingatkan supaya
tidak memberikan jabatan tertentu pada orang yang memintanya dengan ambisius.
“Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan jabatan tersebut pada orang yang
memintanya dan berambisi untuk memegangnya.” (HR. Syaikhan, Abu Dawud, dan
Nasa’i).
Jadi, kedudukan pemimpin dalam jamaah
tidak boleh dijadikan bahan rebutan dan pelampiasan ambisi karena amanah
pimpinan dakwah ini sangat berat dan harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Jemaah
juga harus menghormati pemimpin karena dirinya dianggap sebagai lambang jamaah.
2.
Keanggotaan
Rasulullah SAW menjadikan generasi
muslim pertama sebagai fondasi dan tiang Daulah Islamiyyah. Maka, Rasulullah
mempersaudarakan mereka dalam ikatan aqidah. Setelah itu, jadilah mereka
fondasi kukuh dalam berdirinya masyarakat Islam. Imam Hasan Al Banna menerapkannya
dengan mempersiapkan anggota-anggota jamaah secara berangsur (tajarrud) melalui
tahap perkenalan (ta’rif), pembentukan (ta’rif), dan pelaksanaan (tanfidz). Ia
juga menetapkan ciri-ciri seorang muslim yang akan dipersiapkan, yaitu aqidah
yang lurus, ibadah yang benar, berakhlaq mulia, berfikiran cerdas, bijak,
berbadan sehat dan kuat, mampu bergerak dan berjuang, disiplin dalam segala
hal, menjaga waktu, bermujahadatunnafs, dan memiliki faktor asasi sebagai
pejuang muslim. Sarana persiapan anggota ini seperti pengajian, usrah,
kepanduan, tour, perkemahan, pasukan, bela diri, olah raga, dll. Ia juga
menentukan bentuk bai’ah sumpah setia dan kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan setiap anggota.
Begitu pentingnya anggota. Jika pemimpin
kuat tapi anggota lemah, maka tidak terlaksana program-program besarnya.
Sebaliknya, jika pemimpin lemah dan anggota kuat, masih ada kemungkinan
mengganti pemimpin dan memilih yang baru dari kalangan mereka.
AMANAH DAN
TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Amanah pemimpin
sangat berat dan akan bertambah berat seiring berkembangnya dakwah. Persoalan
yang kompleks dan harus ditangani cepat, jihad, pengorbanan, tekanan, dan
perlawanan dari musuh-musuh Islam. Maka, tarbiyah sebagai tempat lahirnya
kekuatan dan kemurnian jalan dakwah.
HAL-HAL YANG
MEMBANTU TERLAKSANANYA TUGAS PIMPINAN
1.
Ikhlas karena Allah SWT, benar, dan jujur
pada-Nya adalah hal terpenting dan keharusan bagi seorang pemimpin dalam
memikul amanah. Ini syarat mendapat taufiq dan pertolongan Allah SWT.
2.
Pemimpin harus peka terhadap pengawasan dan
penjagaan Allah SWT setiap waktu. Ini mendorong untuk selalu berbuat kebaikan
dan memperbaiki amal usaha.
3.
Pemimpin harus selalu memohon pertolongan dan
perlindungan Allah dalam setiap keadaan dan aktivitas.
4.
Pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab yang
besar yang bisa mendorong untuk selalu menjaga diri dalam menjalankan amanah.
5.
Pemimpin harus memberikan perhatian yang cukup
tentang pendidikan (tarbiyah), menyiapkan kader dan calon penerus.
6.
Terjalinnya kasih sayang dan ukhuwwah yang tulus
di kalangan anggota jamaah.
7.
Pimpinan harus benar-benar merencanakan program
yang tepat, menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan sesuai
kemampuan. Ia harus mampu membagi tugas penting kepada anggota jamaah dan memberi
petunjuk, cara, dan ketentuan. Pemimpin juga harus mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan tugas.
8.
Para pemimpin tingkat cabang atau daerah dan
setiap anggota harus memahami beratnya amanah pimpinan pusat. Ini bisa
mendorong setiap anggota dan pimpinan daerah menyempurnakan kewajibannya dan
menjaga stabilitas daerahnya.
9.
Pemimpin harus selalu bersungguh-sungguh dalam
cita-cita, mengukuhkan tekad dan membangkitkan harapan anggota jama’ah.
Akhlak dan
sifat yang harus dimiliki pemimpin:
1.
Senantiasa mengharapkan akhirat dengan ikhlas
karena Allah SWT saja.
2.
Berdaya ingat kuat, bijak, cerdas, berpengalaman
luas, berpandangan jauh dan tajam, berwawasan luas, mampu menganalisis berbagai
persoalan dari segala segi dengan cepat dan tepat.
3.
Penyantun, kasih sayang, dan lemah lembut karena
pemimpin akan berhadapan dengan berbagai tipe manusia. Pemimpin harus sabar
menghadapinya(Qs. Ali Imran:159).
4.
Pemimpin harus bersahabat dan lemah lembut.
“Sesungguhnya Allah itu lemah lembut dan mencintai sifat lemah lembut dan Dia
memberikan sifat lemah lembut apa yang tidak diberikannya kepada orang yang
bersifat kasar dan apa yang tidak diberikannya kepada yang lainnya.” (HR.
Bukhari Muslim).
5.
Pemimpin harus berani dan sportif, tidak
pengecut dan tidak membabi buta.
6.
Pemimpin harus shidiq, benar dalam berkata,
sikap dan perbuatan. Ketidakjujuran adalah yang paling membahayakan amal jam’i.
7.
Tawadhdhu’: rendah hati, ini adalah sifat
Rasulullah SAW. Qs Asy-Syu’ara:215: Dan rendahkanlah dirimu terhadap
orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Tawadhdhu’ juga
berarti tunduk dan mematuhi haq. Sifat ini akan menjadikan suasana kerja sama
dan musyawarah serta menghilangkan hambatan psikologis.
8.
Memaafkan, menahan amarah, dan ihsan.
9.
Menepati janji dan sumpah setia. Sumpah ini
adalah janji setia kepada Allah SWT.
10.
Pemimpin harus sabar karena jalan dakwah ini
adalah jalan panjang, sulit, dan penuh persoalan, penuh onak duri, ujian,
bencana, dll.
“Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-baqarah:153). “Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(Qs. Az-Zumar:10).
11.
‘Iffah dan kiram, 2 sifat terpuji yang harus
dimiliki anggota jama’ah dan pemimpin.
12.
Wara’ dan zuhud dapat menjauhkan dari hal
syubhat. Wara’ membawa kezuhudan.
13.
Adil dan jujur. Sifat ini menjadikan anggota
tenang dan sadar terhadap haknya. Aktivitas pimpinan akan semakin maju, penuh
kepercayaan, aman, penuh keikhlasan, kemantapan, ketentraman. Maka, gerakan
dakwah menjadi efektif dan produktif.
14.
Tidak mengungkit-ungkit dan tidak menyombongkan
diri. Maka, pujilah Allah SWT atas memberi kekuatan dan pertolongan sehingga
bisa melaksanakan tugas dengan baik.
15.
Memelihara hal-hal yang dimuliakan Allah SWT.
16.
Berlapang dada dan tidak melayani pengumpat dan
pengadu domba karena bisa membahayakan jama’ah.
17.
Pemimpin harus bertekad bulat, tawakkal, dan
yakin.
18.
Sederhana dalam segala hal karena pemimpin
mengedalikan usaha besar jama’ah dengan latar belakang, daya tangkap, dan
kemampuan berbeda. Maka, pemimpin harus mengambil jalan tengah untuk menjaga
kelangsungan dakwah.
19.
Bertahan dalam kebenanaran dengan teguh dan
pantang mundur dari segala ujian dan tantangan yang datang bertubi-tubi.
20.
Menjauhi sikap pesimistis dan over estimasi.
Mintalah pertolongan kepada Allah SWT serta terus berusaha sesuai kemampuan.
Tabiat Gerakan
dan Medannya:
1. Harus beriltizam dengan tujuan berdirinya
jama’ah, yaitu tegaknya Dien Allah di bumi dengan membangun Daulah
Islamiyah’Alamiyyah, secara utuh dan menyeluruh meski memerlukan waktu yang
lama dengan berbagai rintangan.
2.
Memelihara keuniversalan tujuan dan medan
gerakan dengan seluruh konsekuensinya tanpa melupakan satu aspeknya. Islam
adalah satu kesatuan yang memiliki berbagai dimensi yang saling menyempurnakan,
tidak menerima parsialisasi atau pemisahan antaraspek.
3.
Perlu menjaga tabiat tahapan dakwah Islamiyyah
dengan segala tuntutannya karena jama’ah ini berusaha membangung kembali Daulah
Islamiyyah dengan dasar kuat dan kukuh. Pemimpin harus selalu
bersungguh-sungguh merujuk pada Alquran dan Sunnah.
4.
Kewajiban memberikan perhatian serius terhadap
pendidikan (tarbiyyah) di setiap peringkat karena ini azas kekuatan dan
keutuhan suatu gerakan.
5.
Harus mengawasi sikap jama’ah dan jama’ah lain.
Pemimpin harus senantiasa menjaga hubungan baik dengan anggota dan kelompok
lain.
6.
Tahap perjuangan yang akan datang lebih
ditekankan pada jihad dan menegakkan hukum Allah SWT di seluruh aspek
kehidupan. Maka, ada perhatian khusus kepada pembinaan kader, mempersiapkan
berbagai potensi, kemampuan, keahlian, dan pengkajian untuk masa datang.
7.
Mempersiapkan seluruh masyarakat untuk menjadi
asas kuat tegaknya hukum dan pemerintahan Islam yang mantap dan utuh. Harus ada
pendapat-pendapat umum masyarakat yang berpihak pada jama’ah. Perlu ada
hubungan baik dan dekat dengan masyarakat.
8.
Muslimah bisa berperan di ‘Amal Islami. Ia adalah tiang penegak rumah
tangga Islam dan sebuah fondasi tegaknya pembinaan dan pembangunan Daulah
Islamiyyah.
9.
Memperhatikan generasi muda dengan mendidik
kepribadian Islam agar dapat istiqomah di tengah hidup bermasyarakat.
10.
Pemimpin harus bersungguh-sungguh mewariskan
dakwah kepada generasi mendatang dengan kemurnian, keaslian. Keuniversalan, dan
pengalamannya.
11.
Gerakan dakwah meliputi berbagai negara, bangsa,
dan warna kulit. Maka, para anggota berbahasa sesuai dengan tempatnya agar
dakwah merata di seluruh tempat.
12.
Dana adalah urat nadi ‘Amal Islami. Dana
diperlukan untuk menggerakkan segala aktivitas dan memperlancar pencapaian tujuan.
13.
Pemimpin harus memanfaatkan pengalaman dalam
gerakan dan realitas keragaman dalam ‘Amal Islami.
Beberapa
petunjuk dalam bergerak:
1.
Pemimpin harus memberikan perhatian menyeluruh
pada tugas dan tanggung jawab
2.
Pemimpin memiliki kepercayaan kuat terhadap
tugasnya
3.
Setiap penanggung jawab harus menyusun program
kerja lengkap dengan sasaran, tujuan, tahapan, jalan, cara, persiapan,
kemungkinan-kemungkinan, penentuan perlengkapan, dan kontrol berkelanjutan.
4.
Tepat memilih dan melaksanakan tugas
5.
Pemimpin dituntut mengatur waktu dan urusan
seefektifnya
Beberapa
petunjuk pergaulan antara pemimpin dan anggota:
1.
Pemimpin harus pandai memilih orang yang laik
dalam memegang jabatan dan dalam menyelesaikan tugas tertentu.
2.
Tidak boleh pesimis dan buruk sangka, melihat
semua hal dari keburukannya saja.
3.
Pemimpin harus bergaul dengan para pembantu dan
anggota
4.
Memperbaiki pembagian tugas dan menentukan
spesialisasi supaya tidak tumpang tindih
5.
Pemimpin harus menetukan, mengatur, dan
memudahkan jalur komunikasi di setiap peringkat dan bagian. Maka, bisa melihat
perkembangan, mengawasi, dan menyampaikan pandangan.
6.
Memberikan kebebasan kepada pimpinan cabang
untuk memilih sarana yang paling baik dalam melaksanakan tugas.
7.
Pemimpin harus selalu membangkitkan semangat
kerja yang penuh kejujuran pad pimpinan cabang.
8.
Pemimpin harus membiasakan bermusyawarah dengan
para pembantunya sebelum mengeluarkan keputusan penting. Ini lahirkan
kebersamaan dan kerja sama.
KEANGGOTAAN DAN TUNTUTANNYA
Beberapa
persyaratan pokok seorang aktivis:
1.
Memahami arti komitmennya kepada Islam. Ia harus
memahami bahwa untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat hanya bisa dicapai
dengan beriltizam pada Islam dan melaksanakan seluruh konsekuensinya.
2.
Mengenal karakter tahapan dakwah yang dijalani
dengan segala tuntutannya.
3.
Meyakini seyakin-yakinnya bahwa kembali pada
kitabullah dan sunnah secara benar dan serius adalah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan umat Islam dari krisis.
4.
Yakin pada kewajiban bergerak membangkitkan iman
dalam jiwa manusia.
5.
Mengetahui sejelasjelasnya bahwa amal dalam
menegakkan Daulah Islamiyah adalah kewajiban setiap muslim.
6.
Mengetahui bahwa usaha ini tidak akan terlaksana
jika hanya usaha perseorangan, tapi dengan beramal jama’i
7.
Mengingat kaidah ushul fiqh: maka amal jama’i
dipandang sebagai persoalan yang wajib ditunaikan sebelum melangkah membangun
kembali Daulah Islamiyah.
8.
Menyadari perlunya memilih jamaah yang akan
dimasukinya. Tapi, sebelum masuk, teliti sifat-sifat asasi jamaah tersebut.
Pilihlah jamaah yang berusaha di segala bidang kehidupan dengan tidak parsial
dan usahanya mencakup semua aspek kehidupan.
9.
Memahami bahwa dasar Islam adalah kesatuan kata
dan shaff, bukan perpecahan atau membanggakan sesuatu seperti Qs Ali Imran:103.
10.
Mengetahui bahwa persoalan terpenting di jalan
dakwah ialah sadar terhadap pengawasan Allah SWT.
Beberapa
keharusan dan perilaku anggota yang harus ditegakkan:
1.
Muslim yang telah memilih satu jamaah sebagai
wadah perjuangan harus berusaha menjadi muslim yang teguh dan yakin terhadap
amal jama’i dan tuntutannya.
2.
Anggota harus mengetahui secara mendalam segala
ketentuan jamaah.
3.
Setiap anggota harus melengkapi diri dengan
berbagai bidang kemampuan sehingga menjadi tenaga yang efektif, kuat, dan baik.
4.
Anggota harus berniat ikhlas karena Allah
semata, hatinya suci dari segala penyakit batin yang bisa meruntuhkan seluruh
amal.
5.
Anggota harus mengetahui bahwa beriltizam dengan
arahan dan sistem jamaah adalah hal asasi demi kebaikan perjalanan gerakan.
6.
Anggota harus beriltizam dengan pemahaman Islam
yang benar dan menyeluruh yang menjadi landasan jamaah, sehingga jauh dari
pemyimpangan.
7.
Anggota harus beriltizam bahwa gerakan dan
langkahnya ditentukan jamaah.
8.
Anggota harus menjadi pelindung terpercaya
terhadap tujuan jamaah.
9.
Anggota harus berani menempatkan diri dalam
barisan jihad fisabilillaah.
10.
Anggota harus mengetahui martabat jihad terendah
adalah penentangan hati terhadap kemungkaran dan kejahiliahan.
ATURAN DAN
ADAB PERGAULAN PIMPINAN DAN ANGGOTA
1.
Saling Menghormati dan Menghargai
Penghormatan
antarpimpinan dan anggota harus ada dan didasari pada keikhlasan semata-mata
karena Allah SWT. Saling menghormati dan menghargai ini dapat menjaga suasana
damai demi keberlangsungan jamaah. Ini merupakan ibadah kepada Allah SWT.
2.
Adab pergaulan dan perbincangan
3.
Saling percaya dan berbaik sangka (Qs. Al
Hujurat:12)
4.
Saling menasehati
Rasulullah SAW
bersabda: Al-dien itu adalah nasihat. Kami bertanya, untuk siapa? Rasulullah
SAW menjawab, “Bagi Allah, RasulNya, kitabNya, pemimpin-pemimpin kaum muslimin,
dan orang-orang awamnya.”
5.
Saling mencintai dan bersaudara
Allah
berfirman: Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, “hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syetan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata bagi
manusia. (Qs. Al-isra’: 53)
6.
Mempererat hubungan antara pemimpin dan anggota
7.
Hal pergantian pimpinan: bersiap dan menerima
ditempatkan di mana saja.
8.
Tunduk di bawah hukum Allah dan Rasul
Allah
berfirman: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul, dan ulil
amri di antara kamu (Qs. An-Nisa’: 59).
9.
Mengkaji berbagai harokah dan mengembangkan
pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar