Kamis, 10 April 2008

Adakah Perbedaan?

Kamis, 10 April 2008.
Ujian Bahasa Arab pun selesai. Itu artinya semua siswa bisa pulang. Ci menunggu Roma dan beberapa teman-teman yang ikhwah. Mau ngapain?rapat? g, seperti biasa, kami senang ngumpul2. Dibanding rapat2 formal, alternative ngumpul2 sambil bercanda-tawa(masih didlm batas) ternyata membawa kami menjadi lebih akrab dan melahirkan ide2 baru demi kelancaran organisasi-organisasi kami. Tidak hanya BRM tentunya, tapi juga ASSALAM yang cakupannya sudah meluas. Bukan hanya se kota Padang, tapi juga se Sumatera Barat.

Ya, seperti beberapa hari ujian ini, ci nunggu Roma dulu untuk menyelesaikan beberapa(atau banyak???)hal untuk persiapan acara beberapa hari lagi. Setelah bertemu dengan teman2 panitia(tentunya hanya yang dari MAN2), kami mencari kelas agar bisa duduk tenang. Mengapa harus dikelas? Karena ci harus memberikan beberapa surat undangan untuk SMA, MAN dan SMK se kota Padang kepada teman-teman untuk diberikan ke masing-masing sekolah yang telah di PJ kan ke mereka. Karena saking banyaknya, bukan cuma untuk Rohis tapi juga untuk OSIS, dirumah pun g selesai kerjaan ci untuk memberi stempel surat, nama sekolah dan memasukkan ke amplop. Setelah beberapa lama menunggu, surat yang di pj kan ke Tifan sudah selesai. Okta, Ilham, Nurul dan Roma pun selesai juga. Oya, untung saja untuk Riko, Hady dan Aisyah juga sudah tadi pagi. Alhamdulillah, selesai sudah. Tapi…tunggu. Oh, masih ada lagi. Ci dan Roma harus ke SMA Adabiah lagi untuk memastikan tempat yang akan dipakai untuk acara. Oke, perjalanan yang harus penuh kesabaran kembali dimulai.

Sebelumnya kami sudah janjian dengan ketua Rohis SMA Adabiah di depan gerbang sekolah. Tapi, karena kelamaan nunggu dan sepertinya sang ketua g bisa keluar kelas, jadilah kami masuk ke sekolah dengan melewati pos satpam dan meja piket. Awalnya bagus, baik, sopan dan lucu. Pak satpamnya baik, sopan dan lucu. Setelah beberapa lama menunggu, Pak satpam menyarankan agar kami langsung masuk ke dalam dan bertanya ke guru piket. Kami pun masuk dan disambut oleh guru piket dengan hangat. G ada kesan sangar atau g sopan dari guru2 tsbt. Ibu-ibu guru tersebut melayani kami bak raja. Akhirnya, kami dipertemukan dengan ketua OSIS SMA ADABIAH, ohh namanya ci lupa!!! Setelah ci memperkenalkan diri(dan memperkenalkan Roma juga tentunya) dan menjelaskan maksud kedatangan kami, sang ketos pun mengerti dan bilang bahwa ketua BRM yang kelas 2 sekelas dengan dia. Kami pun menunggu sebentar dan bertemulah dengan ketua BRM untuk kelas 2 itu. Setelah kembali memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa kami sebelumnya sudah pernah ke sana dan bertemu dengan ketua BRM yang kelas 3, Siswandi, begitu namanya pun pergi mencari Waka Kesiswaan. Setelah beberapa lama, ia kembali dan mengatakan bahwa Ibu Waka sedang diurut di atas dan kami harus menunggu. Sembari menunggu, kami berbincang2 tentang banyak hal. Sekitar lebih kurang 15 menit, ci dan Roma menikmati kemeriahan dan keceriaan sekolah ini. Sekolah yang kabarnya mayoritas berisikan orang2 kaya ini memang benar adanya. Namun, ada hal positif yang dapat ci ambil dan ci kagumi dari siswa2(hanya siswa, karena ci sempat berbicara hanya dengan beberapa siswa bukan siswi) di sekolah ini. Pertama, saat kami diantar kedalam oleh seorang siswa atas perintah guru piket, dia sangat ramah. Kedua, sebagian besar guru yang kami lihat(kami duduk di beranda depan TU), sangat ramah dan akrab dengan sesama siswa. Friendly kesannya. Yah, ada beberapa hal lagi yang ci kagumi dari sekolah ini, tapi segitu aja dulu ya…..

Siswandi mengajak kami ke pustaka, karena Ibu Waka Kesiswaan telah selesai diurut. Kami pun menuju lantai 2 dan masuk ke ruangan pustaka. Ternyata disana ada Pak Irhas, guru KWN di MAN 2 yang juga mengajar di SMA ADABIAH. Sesudah berbicara dengan Ibu Waka, kami juga sempat ngobrol dengan Pak Irhas tentang ujian KWN besok. Akhirnya kami pun undur diri.

Destination selanjutnya g ada, ci dan Roma berpisah di gerbang dan pulang. Ci naik mobil 2 kali. Pertama, dari SMA ADABIAH ke simpang haluan dengan angkot Jati. Kedua, dari haluan ke tabing naik angkot putih. Waktu turun di haluan, ci disapa seseorang! Waah, siapa ya? Oo….ternyata kak Nasrul, kakak kelas di MAN 2. Karena kak Nas ngajak ngobrol sebentar tentang BRM, ci pun g jadi pulang dulu. Setelah selesai ngobrol, ci pamit pulang dan menyebrang jalanuntuk naik angkot. Kalau masalah angkot, jujur ci pilih-pilih. Eit…..tapi pilih yang mana dulu. Ci bukan milih angkot yang bagus, ada musik keras atau yang pake mini tv itu. Criteria(eleh…)angkot ci yaitu mayoritas isinya perempuan, musiknya g keras, sopirnya kelihatan g ugal2an dan g penting angkotnya bagus atau g, yang penting menurut ci, ci akan nyaman didalam angkot itu, sudah cukup. Ternyata ada angkot yang berhenti di depan cid an ci naik angokot itu. Waktu ci naik, ada uni2(mbak2), seorang ibu bersama seorang Bapak tua (mungkin suaminya). Ci duduk pas dibelakang sopir. Disebelah kiri ci ada mbak2, Ibu tadi, dan mbak2 lagi. Di depan Ibu tadi, ada Bapak tua(di bangku pendek). Jadi, di bangku panjang ada 4 orang, di bangku pendek hanya si Bapak seorang.

Di tengah perjalanan, mobil berhenti karena ada sepasang siswa SMP yang lagi nunggu angkot di tepi jalan. Ci lihat, awalnya raut muka si gadis sepertinya mau naik angkot. Saat angkot benar2 berhenti dan si gadis melihat siapa saja di dalam angkot, dia malah tertawa. Tepatnya, saat ia melihat si Bapak tua ada di dalam! Duuh, ya Allah……ci g suka lihat si anak SMP itu responnya gitu. Sang sopir pun kembali menawarkan “naiak diak….” Tawarnya. Eh, si gadis tetap aja ketawa-ketiwi sambil melihat si bapak di dalam angkot. Pasangannya, maksudnya teman laki2 yang bersamanya pasrah. Terserah si gadis mau pilih angkot yang mana. So, dia Cuma celingukan2. Sopir pun menangkap isyarat itu, dia tau bahwa sepasang siswa itu g mau naik karena ada Bapak tua di dalam. Sopir pun minta si Bapak untuk pindah duduk ke sebelah si Ibu. Sopan memang si sopir bilangnya. Bapak itupun bilang bahwa dia turun sebentar lagi koq, sudah dekat. Tapi sopirnya ngotot dan sedikit gimana…gitu. Alasannya sih orang mau naik. Si Ibu pun bilang agar si bapak pindah saja ke sebelahnya karena orang mau naik. Akhirnya si Bapak pun pindah dengan tak enak hati. Jujur, ci yang melihat kejadian sepintas itu merasa iba pada si Bapak, karena diberlakukan seperti itu. Mobil kembali berjalan dan sampailah si Bapak dan Ibu tadi ke tempat tujuan. “sinamas siko yo…” kata si Bapak. “iyo Pak” kata sopir. Si Bapak turun diikitu si Ibu. Setelah turun, si Bapak merogoh sakunya dan mengambil selembar uang 10.000. saat si Bapak sedang mengambil uangnya, si sopir pun berkomentar “ ee…Pak Gaek……ndak nio urang naik doo…” ya Allah, ci aja yang g jadi sasaran omongan seperti itu merasa sakit hati mendengarnya. Tapi bagaimana dengan si Bapak? Untung, sepertinya si Bapak g tau dan biasa saja saat menerima uang kembalian dari sopir tadi.

Apa yang bisa ci ambil dari kejadian tadi yang mungkin menurut anda biasa saja(tapi ci yakin anda akan terkejut jika melihat langsung)? Tanpa merasa diri yang paling benar dan bukan bermaksud untuk menghakimi orang, ternyata banyak orang yang menganggap bahwa orang tua tidak pantas ada di sebelah anak2 muda. Banyak anak muda yang kesannya meremehkan Bapak/Ibu, Kakek/nenek. Padahal, nantinya mereka juga akan jadi kakek nenek, orang tua mereka akan seperti itu juga nantinya. Satu lagi, si sopir menganggap bahwa gara2 si Bapak tua, penumpangnya berkurang. Lho, rezeki kan bukan dari penumpang asalnya, penumpang hanya sebagai perantara rezeki itu, jalan rezeki itu. Rezeki semuanya datang dari Allah swt.

Ci menorehkan cerita ini disini karena ingin mengungkapkan, ingin sharing disini tentang kejadian2 sehari-hari yang ci alami dan membekas di hati. Sebenarnya masih banyak penggalan2 lainnya yang ingin ci tuliskan. Insya Allah nanti ci berkesempatan untuk menuliskannya, akan ci posting kesini.

1 komentar:

Taslim Perdana mengatakan...

emang ci, banyak yang kayak gitu sekarang, yang ironisnya adalah banyak diantara anak remaja malu berbarengan dengan orang tuanya sendiri... mudah2an disaat kita tua kelak, akan dijauhkan dari hal-hal yang seperti itu, hukum karma memang berlaku, maka dari itu sayangilah orang tua, siapapun dia....