Minggu, 08 Mei 2011

Telaga Hati Pejuang Muda

ADS memang lebih
Lebih dulu tahu
Lebih dulu tarbiyah
Lebih dulu berkecimpung di lahan dakwah
Lebih dulu sibuk
Lebih dulu merasa sombong
Terlebih di kampus

ADS
Walau telah tarbiyah
Namun, tidak ada yang bisa menjamin
Hati mereka tetap ikhlas, tetap istiqomah
Tetap bersahaja

Dakwah sekolah. Menggiurkan. Menggiurkan pahala dan pengalamannya bagi yang penasaran dan pada akhirnya memahami urgensi dakwah sekolah. Siswa sebagai subjek dan objeknya. Lingkungan sekolah sudah barang tentu sebagai objeknya. ADS berperan dalam mewarnai sesama siswa, guru, dan lingkungan sekolah secara umum. Mereka mewarnai objeknya agar menjadi lebih islami, tentu dengan nilai-nilai Islam yang universal. Mereka penggerak berbagai kegiatan. Mereka mengadakan mentoring, ta’lim, hiking, outbound, Annisa’ zone, dll. Mereka berkreasi, berorganisasi, dan menjadi contoh bagi teman-temannya. Harusnya begitu. Memang, sebagian besar sudah begitu.

Sekitar 3 tahun, mereka ditempa dan dibiarkan berkreasi. Pada saat-saat akhir, mereka mulai membina adik-adiknya. Saat dinyatakan lulus, mereka merasa sedih karena menyudahi aktivitas di sekolah. Mereka pun memasuki ruang baru, kampus.
Sejatinya, mereka tidak begitu canggung di lingkungan baru. Mereka langsung bisa berinteraksi dengan orang yang baru dikenal. Mereka pun dilirik ADK. Mereka bertemu ADK. Mereka mendapat treatment khusus dari ADK. Mereka, menjadi masyarakat kampus.
Perkuliahan berlangsung. Mereka, ADS, umumnya masih diamanahkan di sekolah untuk mengayomi adik-adiknya. Mereka, umumnya, semakin diamati ADK. Beberapa sudah diajak mengikuti kegiatan di kampus, baik di fsi, hima, bem, dll. Saat masanya tiba, mereka diamanahi di beberapa lini ladang amal. ADK juga memproyeksikan mereka untuk amanah selanjutnya. ADK, walaupun sibuk menggarap objeknya, menaruh harapan besar pada ADS. ADK tentu berharap ADS bisa mengajak teman-temannya ke berbagai acara fsi di kampus. ADK tentu berharap ADS di kampus bisa menjadi perpanjangan tangan mereka. Namun, ADK juga harus mengerti, bahwa banyak ADS yang masih diamanahi di dakwah sekolah. ADK juga tidak bisa terus menanamkan pikirkan bahwa ketika di kampus, ADS harus fokus ke kampus saja. Sejatinya begitu.

ADS harus paham bahwa mereka telah paham sedikit banyak karena mereka telah berkecimpung dalam dakwah. ADS bisa menempatkan diri. Ketika di kampus, ya ikuti flow kaderisasi kampus jika tidak bentrok dengan ‘acara sekolah’. Saat harus mengikuti beberapa training dari kampus untuk mereka, mahasiswa tahun awal, ya ikuti jika memang sedang tidak ada agenda yang urgent. Intinya, saat ada beberapa hal yang harus kita jalani, selagi tidak menghambat gerak kita ‘di sekolah’, maka ikuti saja. toh, kegiatan di kampus juga untuk up date dan up grade kemampuan diri. Termasuk saat diberi amanah di kampus. Tentu harus dikomunikasikan dengan MR dan beberapa rekan di dakwah sekolah. Selagi amanah ‘di sekolah’ tidak terganggu, selagi kita dibutuhkan di kampus, selagi kita bisa memanajemen diri, maka jalani.

Beberapa hal yang sangat sederhana ini mungkin kadang kita lupakan. ADS seharusnya tidak merasa lebih tahu, lebih paham, lebih berpengalaman, hingga mereka merasa gerah ketika diayomi ADK. ADS seharusnya tidak boleh nakal saat ada beberapa alur yang harus dilalui ‘di kampus’. ADS seharusnya bisa menjadi teladan bagi rekan-rekan dan adik-adiknya. Dan, tentu ADK harus memahami posisi ADS di dua tempat, sekolah dan kampus.

Tulisan ini sebagai pengingat, introspeksi, terkhusus untuk penulis dan untuk semua. Tulisan ini tidak bertujuan untuk bersombong diri atau menghakimi. Semoga niat dan hati kita selalu terjaga dan diperbarui agar ikhlas dalam dakwah ini.